Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan jumlah warga kelas menengah di Indonesia yang beralih ke kelompok rentan hingga miskin. Hal ini tercermin dari data transaksi QRIS yang menurun di beberapa bank, salah satunya Bank Jatim (BJTM). Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, menyebutkan bahwa transaksi melalui QRIS Merchant mengalami penurunan signifikan mulai Juni hingga Agustus 2024.
Meskipun demikian, Busrul menegaskan bahwa transaksi melalui tabungan digital Bank Jatim, seperti J Connect mobile dan kartu debit, masih mengalami pertumbuhan positif. Sementara itu, Bank Oke Indonesia (DNAR) atau OK Bank Indonesia mengalami penurunan dalam tabungan yang terhimpun. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, menyoroti bahwa penurunan ini disebabkan oleh adanya pergeseran pengeluaran nasabah ke kebutuhan dasar dan barang esensial.
Bank BJB (BJBR) juga mengalami penurunan nilai transaksi nasabah akibat tren penurunan konsumsi kelas menengah. Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menekankan bahwa meskipun frekuensi transaksi masih bertumbuh, nilai transaksi menurun akibat inflasi dan penurunan daya beli. Hal serupa juga terjadi pada BCA (BBCA), dimana kredit retail terdampak namun kredit konsumsi seperti KPR dan KKB tetap bertumbuh karena bunga yang murah.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Sementara itu, kelompok masyarakat rentan dan miskin mengalami peningkatan jumlah, menandakan adanya pergeseran golongan kelas menengah ke kelompok tersebut.
Kesimpulannya, fenomena turunnya kelas menengah di Indonesia dapat dilihat dari data transaksi perbankan yang menurun serta pergeseran pola pengeluaran masyarakat ke kebutuhan dasar. Hal ini menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat agar kelas menengah dapat mempertahankan posisinya dan tidak terjerumus ke kelompok rentan hingga miskin.