Harga minyak anjlok hampir 5 persen pada Selasa (3/9), mencapai titik terendah dalam sembilan bulan terakhir. Menurut Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$3,77 atau 4,9 persen, jadi US$73,75 per barel—terendah sejak 12 Desember 2023.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga ikutan merosot. Turun US$3,21 atau 4,4 persen, harga WTI sekarang ada di US$70,34, yang juga terendah sejak bulan Desember.
Jadi, kenapa harga minyak bisa jatuh begitu dalam? Analis bilang, salah satu penyebabnya adalah kesepakatan politik di Libya. Mereka baru saja sepakat untuk menunjuk gubernur bank sentral baru dalam 30 hari ke depan setelah perundingan yang dipandu oleh PBB. Kesepakatan ini meredakan ketegangan antara faksi politik di Libya yang selama ini berebut kendali atas bank sentral dan pendapatan minyak. Jadi, harga minyak pun ikut turun.
Sebelumnya, ketegangan politik di Libya bikin ekspor dan produksi minyak mereka terhambat, yang menyebabkan harga minyak sempat melambung. Tapi sekarang, dengan adanya kesepakatan tersebut, spekulasi tentang masa depan politik Libya mendorong penjualan minyak, sehingga harga turun.
Selain itu, lesunya pertumbuhan ekonomi di China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, juga berperan. Menurut Charalampos Pissouros, analis investasi senior di broker XM, data PMI manufaktur China yang lebih lemah dari perkiraan selama akhir pekan memperburuk kekhawatiran tentang ekonomi China.
Jadi, kombinasi faktor politik dan ekonomi global bikin harga minyak jatuh.