Proyeksi LPS soal Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Ada Risiko Ketidakpastian

Proyeksi LPS soal Pertumbuhan Ekonomi RI, Masih Ada Risiko Ketidakpastian

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi lintas negara sepanjang tahun 2024 menunjukkan perkembangan yang cukup menjanjikan meskipun masih berada dalam tingkat yang berbeda-beda dan belum mencapai level optimal sebelum pandemi. Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan bahwa meskipun demikian, masih terdapat beberapa risiko ketidakpastian yang perlu diwaspadai ke depan, seperti penurunan aktivitas manufaktur global dan eskalasi konflik geopolitik di kawasan. Selain itu, transisi pemerintahan di berbagai negara juga dapat mempengaruhi arah kebijakan ekonomi dan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang dapat memengaruhi sentimen investor di pasar keuangan.

Menurut Purbaya, kinerja ekonomi domestik masih baik dan perlu terus didorong agar dapat memberikan kontribusi pada peningkatan daya beli rumah tangga dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Indeks Ekspektasi Konsumen yang berada di zona optimis (112,4) serta tren penjualan riil yang positif sebesar 5,8% (year on year/YoY) pada Agustus 2024 mencerminkan perbaikan kinerja ekonomi. Surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,9 miliar juga turut mendukung ketahanan eksternal.

Purbaya menambahkan bahwa aktivitas ekonomi lintas sektor dan ekspansi korporasi perlu terus didorong agar dapat berkontribusi pada peningkatan daya beli rumah tangga dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Kinerja industri perbankan yang terus membaik, ditopang oleh sektor korporasi, juga menjadi hal positif. Pertumbuhan kredit perbankan sebesar 11,40% (YoY) dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,01% (YoY) per Agustus 2024 menunjukkan kontribusi sektor korporasi yang signifikan.

Selain itu, kondisi permodalan perbankan yang masih solid dengan rasio permodalan (KPMM) sebesar 26,48% pada Agustus 2024 serta likuiditas yang relatif memadai menunjukkan bahwa sektor perbankan dalam keadaan stabil. LPS terus memantau pergerakan suku bunga simpanan perbankan nasional, baik dalam Rupiah maupun valuta asing, untuk mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi.

Saat ini, Suku Bunga Simpanan (SBP) terpantau naik menjadi 3,58% dibandingkan periode sebelumnya, dipengaruhi oleh faktor kondisi likuiditas dan ekspansi kredit yang meningkat. Meskipun pemangkasan suku bunga acuan masih terbatas dampaknya dan membutuhkan waktu untuk diterima oleh bank, langkah tersebut diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, SBP simpanan valas juga mengalami kenaikan menjadi 2,14% dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi likuiditas valas dan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (The Fed) diperkirakan akan mempengaruhi arah pergerakan SBP Valas ke depan.

Dengan berbagai perkembangan positif yang terjadi, Purbaya menekankan pentingnya terus mendorong pertumbuhan ekonomi lintas sektor dan ekspansi korporasi untuk meningkatkan daya beli masyarakat serta kualitas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dengan langkah-langkah yang tepat dan pemantauan yang cermat terhadap kondisi ekonomi, diharapkan Indonesia dapat tetap berkembang dan menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *