Pasar keuangan Asia dan dunia sedang dalam keadaan kacau hari ini karena kekhawatiran akan ancaman resesi di Amerika Serikat. Investor khawatir setelah data ekonomi AS menunjukkan penurunan yang signifikan. IHSG turun 1,75% hari ini, Senin (5/8/2024) pukul 09.38 WIB. Bursa saham Asia juga mengalami penurunan yang cukup besar. Nikkei Jepang turun 5,15%, Straits Times Singapura merosot lebih dari 3%, Hang Seng turun 0,9%, sementara Shanghai SSEC turun 0,55%.
Pelemahan pasar saham Asia ini terjadi setelah akhir pekan lalu yang mayoritas bursa saham juga mengalami penurunan. Bukan hanya Asia, bursa saham AS dan Eropa juga mengalami penurunan pekan lalu. Wall Street turun pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (2/8/2024). Dow Jones turun 1,51%, Nasdaq turun 2,43%, dan S&P 500 turun 1,51%. Bursa Eropa juga mengalami penurunan, dengan FTSE London turun 1,31%, DAX Jerman turun 2,33%, dan CAC Prancis turun 1,61%.
Kekhawatiran investor dipicu oleh data ekonomi AS yang memburuk dengan cepat. Tingkat pengangguran AS melonjak menjadi 4,3% pada Juli 2024 dari 4,1% pada Juni 2024. Penambahan tenaga kerja untuk sektor non-pertanian juga rendah, hanya 114.000 pada Juli dibandingkan dengan 179.000 pada Juni. Klaim pengangguran juga meningkat tajam, mencapai 249.000 pada pekan yang berakhir pada 27 Juli 2024.
Data ekonomi lainnya juga menunjukkan kondisi yang tidak menguntungkan, seperti indeks PMI manufaktur AS yang terendah sepanjang tahun ini. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan juga menurun menjadi 66,4 pada Juli 2024, terendah dalam delapan bulan terakhir. Kepercayaan konsumen AS juga menurun, menandakan potensi penurunan konsumsi di masa depan.
Pelaku pasar percaya bahwa kondisi tenaga kerja AS yang memburuk akan mendorong The Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. Namun, pemangkasan suku bunga menjadi semakin mendesak karena ancaman resesi di AS semakin nyata. The Fed belum memangkas suku bunga acuan pada pertemuan terakhirnya, namun memberi sinyal akan melakukan pemangkasan pada pertemuan FOMC September mendatang.
Direktur investasi di AJ Bell, Russ Mould, mengatakan bahwa pesimisme ekonomi yang meningkat menjadi tanda buruk bagi pasar saham global. Narasi tentang pemotongan suku bunga yang dulu dianggap positif, kini dianggap sebagai langkah untuk menghindari resesi.
Meskipun ekonomi AS masih tumbuh 2,8% (year on year/yoy) pada kuartal II-2024, pertumbuhan tersebut dapat turun drastis jika kondisi tenaga kerja terus memburuk dan The Fed tidak segera melakukan pemangkasan suku bunga. Ancaman resesi masih mengintai, dan pasar keuangan harus siap menghadapi ketidakpastian yang ada.