Pada Jumat (2/8) dini hari, di Stade de France yang dipadati ribuan penonton, Joshua Cheptegei dari Uganda akhirnya meraih gelar yang telah lama ia idamkan, dengan memenangkan medali emas dalam nomor lari 10.000m putra di Olimpiade Paris 2024. Penampilannya sangat mengesankan, dengan mengatur langkahnya dengan sempurna dan melesat dari jarak 600 meter sebelum melintasi garis finis dalam waktu 26 menit, 43.14 detik. Waktu tersebut memecahkan rekor olimpiade yang telah bertahan selama 16 tahun yang sebelumnya dipegang oleh Kenenisa Bekele.
Perlombaan yang penuh gairah itu diikuti oleh trio atlet Ethiopia, Berihu Aregawi, Yomif Kejelcha, dan Selemon Barega, juara bertahan. Namun, pada akhirnya, mereka harus puas dengan medali perak untuk Aregawi, sementara Grant Fisher dari AS meraih medali perunggu. Jimmy Gressier, idola tuan rumah, memimpin dalam dua putaran pertama, namun Barega kemudian mengambil alih pimpinan dan memimpin selama 1000m berikutnya dengan peserta yang sudah terpencar.
Rekan setim Barega, Kejelcha, maju ke depan satu putaran kemudian, sementara Aregawi berada di posisi ketiga, membentuk formasi 1-2-3 yang didominasi oleh pelari Ethiopia. Mereka dengan nyaman berada di jalur untuk memecahkan rekor olimpiade Bekele saat mencapai 2000m dalam waktu 5:22.7. Pada titik ini, Cheptegei berada di bagian belakang kelompok terdepan, sementara rekan setimnya, Jacob Kiplimo, berada di tengah.
Dengan 10 putaran tersisa, Kejelcha mencoba untuk maju, tetapi dihalangi oleh Moh Ahmed dari Kanada, sementara Kibet dan Adriaan Wildschutt dari Afrika Selatan juga berusaha untuk mendekati. Dengan 21 menit tersisa, Cheptegei mulai menunjukkan kehadirannya. Dengan dua putaran tersisa, dua belas pelari masih bersaing di depan. Cheptegei akhirnya mengambil alih pimpinan dengan kurang dari 600 meter tersisa dan meningkatkan kecepatannya.
Meskipun Fisher, Aregawi, Ahmed, Kejelcha, dan Kiplimo berusaha keras mengejar, Cheptegei tetap unggul dan melintasi garis finis dengan waktu 26:43.14, mencetak rekor baru olimpiade. “Saya tidak bisa mengungkapkan perasaan ini,” kata Cheptegei. “Saya telah menantikan momen ini begitu lama. Ketika saya meraih medali perak di Tokyo, saya merasa kecewa. Saya hanya ingin menjadi juara dalam lari 10.000m.”
“Meraih impian adalah hal yang diidamkan banyak orang muda. Hampir 16 tahun lalu, saat saya menyaksikan kemenangan gemilang Kenenisa Bekele di Beijing, keinginan itu tumbuh di hati saya. Saya berkata pada diri sendiri, suatu hari nanti, saya akan menjadi juara Olimpiade,” tutup Cheptegei dengan semangat.