Pergerakan Rupiah pada Kamis 13 Juni 2024 tampak masih fluktuatif meski ada tanda-tanda meredanya tekanan akibat penurunan Indeks Dolar AS (DXY). Berdasarkan data Refinitiv, mata uang Garuda melemah 0.03% menjadi Rp16.290/US$ pada akhir perdagangan kemarin, Rabu 12 Juni 2024. Intraday, Rupiah bahkan sempat menyentuh titik terendah di Rp16.300/US$.
Secara teknikal secara grafik per jam, nilai tukar Rupiah masih dalam tren pelemahan. Resistensi terdekat yang dapat diantisipasi pelemahan lebih lanjut adalah di Rp16.300/US$ berdasarkan intraday high candle 11 Juni 2024 serta level psikologis yang kuat.
Sebaliknya, jika terjadi penguatan atau pembalikan, pelaku pasar dapat mencermati support terdekat di Rp16.275/US$ yang berasal dari rata-rata pergerakan 50 jam atau Moving Average (MA) 50. Analisis terhadap konteks historis menunjukkan bahwa pergerakan Rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kebijakan perekonomian, tren pasar global, dan peristiwa geopolitik. Volatilitas Rupiah yang terjadi baru-baru ini dapat disebabkan oleh ketidakpastian seputar ketegangan perdagangan, perubahan suku bunga, dan harga komoditas.
Tokoh-tokoh penting dalam industri keuangan, seperti pejabat bank sentral, ekonom, dan investor, memainkan peran penting dalam membentuk sentimen pasar dan mempengaruhi pergerakan mata uang. Pernyataan, prakiraan, dan tindakan mereka dapat mempengaruhi kepercayaan investor, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai Rupiah. Selain itu, peristiwa geopolitik, seperti perselisihan perdagangan, ketidakstabilan politik, dan bencana alam, juga dapat menyebabkan volatilitas pasar dan berdampak pada fluktuasi mata uang.
Dampak Indeks Dolar AS (DXY) terhadap Rupiah mencerminkan keterhubungan pasar keuangan global. Melemahnya DXY dapat menyebabkan penguatan mata uang negara-negara emerging market, termasuk Rupiah. Namun, ketidakpastian seputar negosiasi perdagangan AS-Tiongkok, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan perkembangan Brexit dapat mengimbangi kemajuan tersebut dan mengakibatkan berlanjutnya volatilitas pada Rupiah.
Ke depan, potensi perkembangan pergerakan Rupiah ke depan akan bergantung pada kombinasi indikator makroekonomi, keputusan kebijakan moneter, dan faktor eksternal. Kebijakan fiskal pemerintah Indonesia, perkiraan pertumbuhan PDB, dan tingkat inflasi akan diawasi secara ketat oleh investor dan analis. Selain itu, perkembangan perjanjian perdagangan global, harga komoditas, dan peristiwa geopolitik akan terus berdampak pada kinerja Rupiah dalam beberapa hari mendatang.
Pergerakan Rupiah pada Kamis 13 Juni 2024 diperkirakan masih fluktuatif, terus mengalami tekanan namun menunjukkan tanda-tanda mereda. Analisa teknikal menunjukkan tren penurunan berlanjut dengan resistance di Rp16.300/US$ dan support di Rp16.275/US$. Pengaruh tokoh-tokoh penting, konteks sejarah, dan dampak faktor eksternal menyoroti kompleksitas pergerakan mata uang dan sifat pasar keuangan global yang saling berhubungan. Tetap mendapatkan informasi dan waspada terhadap perkembangan pasar akan sangat penting bagi investor dan pedagang dalam menghadapi dinamika pergerakan Rupiah.