Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal bahwa mereka akan kembali memangkas suku bunga atau BI-Rate guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sebelumnya, BI telah melakukan pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal 15 Januari 2025. Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menyatakan bahwa peluang pemangkasan suku bunga ini dipicu oleh inflasi yang rendah dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Josua, BI juga diharapkan akan tetap fokus pada menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, meskipun ada risiko depresiasi yang lebih besar jika suku bunga dipangkas lebih dalam. “BI kemungkinan akan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini mengingat kondisi nilai tukar rupiah yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan Trump dalam jangka pendek,” ujar Josua kepada Kontan pada hari Senin.
Meskipun begitu, Josua berpendapat bahwa BI akan berhati-hati dalam menghindari dampak disinflasi yang dapat merugikan konsumsi dan aktivitas ekonomi, serta dampak depresiasi yang dapat menurunkan kepercayaan investor. Dengan mempertimbangkan inflasi yang rendah, kebijakan global yang sedang berlangsung, dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Josua melihat peluang besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan di tahun 2025.
“Namun, keputusan ini akan sangat tergantung pada data domestik dan global dalam beberapa bulan ke depan,” tambahnya. Josua juga menekankan pentingnya bagi BI untuk terus memantau perkembangan ekonomi serta menjaga keseimbangan antara stimulus pertumbuhan dan stabilitas harga.
Dalam konteks ini, langkah-langkah yang diambil oleh BI haruslah tepat dan proporsional untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan stabilitas makroekonomi. Selain itu, BI juga perlu memperhitungkan faktor-faktor eksternal seperti ketidakpastian global dan perubahan kebijakan di negara-negara lain yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, keputusan BI untuk memangkas suku bunga haruslah diambil dengan cermat dan berdasarkan analisis mendalam terhadap kondisi ekonomi saat ini. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter, BI harus dapat menjaga keseimbangan antara merangsang pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga agar dapat mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil oleh BI dalam hal pemangkasan suku bunga haruslah didasarkan pada pertimbangan yang matang dan berorientasi pada hasil jangka panjang bagi perekonomian Indonesia. Semoga kebijakan yang diambil oleh BI dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.